Mila Amalia

.:. WELCOME & ENJOY YOUR READING .:.

Jumat, 22 Maret 2013

Tugas 1 : Software Praat



Dalam kesempatan ini saya akan membahas tentang Software Praat.

Praat yang dalam Bahasa Belanda berarti ‘suara’, yang merupakan sebuah freeware yang diciptakan oleh Paul Boersma & David Weenink dari Phonetic Sciences Department University of Amsterdam  (www.praat.org). Dengan slogannya ‘doing phonetics with computer’, Praat merupakan software  untuk melakukan analisis dan rekonstruksi suara secara fleksibel. Praat dapat digunakan untuk  melakukan banyak hal, mulai dari analisis spectrogram hingga rekonstruksi (add, cut, dll) suara itu sendiri dan membuat diagram atau gambar yang dapat digunakan/disertakan pada karya ilmiah. Program Praat sangat dibutuhkan oleh para peneliti yang menggunakan data akustik. Informasi akustik yang akurat dan lengkap dapat dihasilkan dengan memberdayakan Program Praat.

Cara penggunaannya cukup mudah, yang dibutuhkan hanyalah komputer (code)  atau laptop yang memiliki sound card dan ada transduser atau semacam mikrofon yang dapat menangkap suara yang akan kita rekam. Untuk softwarenya pun tersedia gratis di websitenya dan support juga untuk linux.

Sebagai contoh saya merekam suara saya dalam huruf  vokal ‘A’, maka pada jendela ‘Praat Objects’, pilih menu New –> Record Stereo Sound, kemudian kita tinggal rekam saja. Apabila sudah di rekam maka kita dapat melakukan analisis karakteristik akustik suara pada manusia.

Gambar di bawah ini merupakan contoh tampilan jendela ‘Praat Objects’, karena saya melakukan print screennya menggunakan Ubuntu 11.04  yang menngunakan Unity sehingga menunya tidak terlihat.

     
Contoh objeknya tinggal di pilih saja, lalu pilih view & edit, maka kita dapat menganalisis karakteristik akustik suara huruf ‘A’ yang saya ucapkan.
Kalau gambar yang di bawah ini, inilah hasil view and edit dari karakteristik akustik suara saya. Dengan software Praat ini saya bisa mencari yang namanya, Pitch, Formant, dan Formant Bandwith.


Karakteristik suara manusia dibagi ke dalam dua jenis, yaitu karakteristik akustik dan non akustik. Contoh untuk karakteristik non akustik adalah pulsa dan waktu. Sedangkan karakteristik akustik suara manusia terdiri dari Pitch, Formant, dan Formant Bandwidth.

Pitch menunjukkan nada dasar suara manusia. Tinggi rendahnya pitch dipengaruhi antara lain oleh usia dan jenis kelamin. Pitch dipengaruhi juga oleh pita suara. Laki-laki dan perempuan mempunyai ukuran pita suara yang berbeda. Seorang laki-laki dewasa memiliki pitch yang lebih rendah dan pita suara yang lebih lebar dibandingkan dengan perempuan. Ukuran pita suara laki-laki dewasa berkisar antara 17mm sampai 25mm, sedangkan untuk perempuan berkisar antara 12.5mm sampai 17.5mm. Oleh karena itu laki-laki dan perempuan mempunyai perbedaan nilai pitch.

Pitch secara fisis didefinisikan sebagai formant ke nol (F0). Formant didefinisikan sebagai spektrum puncak ke puncak dari suara manusia. Formant Bandwidth didefinisikan sebagai lebar dari suatu formant. Ketika manusia berbicara dan mengucapkan suara huruf vokal dapat dihasilkan lebih dari empat formant. Tetapi untuk dapat membedakan suatu vokal yang diucapkan cukup dibutuhkan dua formant, yaitu formant pertama dan formant kedua. Formant pertama dan formant kedua ini berkaitan dengan posisi lidah ketika berbicara. Untuk formant ketiga, keempat, dan selanjutnya berpengaruh terhadap warna (timbre) suara yang dihasilkan. Nilai F1 berkaitan dengan posisi lidah terhadap langit-langit rongga mulut. Semakin dekat lidah dengan langit-langit maka frekuensi yang dihasilkan semakin kecil. Nilai F2 berkaitan dengan posisi lidah depan dan belakang. Nilai F2 yang tinggi dihasilkan ketika posisi lidah berada di depan.

Bisa dibilang suara manusia itu unik, karena setiap orang mempunyai pitch yang berbeda-beda, formant ke-1 dan ke-2 , dan warna suara yang berbeda-beda pula. Pitch perempuan itu pada umumnya lebih tinggi dari pitch pada laki-laki.

Dari praktikum inilah saya menemukan kejanggalan dalam suara saya. Pitch suara yang saya miliki beberapa tahun lalu memiliki frekuensi yang sangat di atas rata-rata perempuan pada umumnya. Dengan kata lain saya memiliki pitch laki-laki (nge-bass). Rentang pitch perempuan itu berkisar kalau tidak salah rata-rata 180-250Hz, sedangkan pada laki-laki 80-180 Hz.

Tentu saja saya bukan yang bersuara dimirip-miripkan seperti lak-laki. Tapi itulah kenyataannya. Sehingga saya dapat menjelaskan fenomena yang sering terjadi apabila saya menerima telepon yang berdering dirumah. Biasanya si penelepon selalu berkata “Hello MAS”, padahal saya 100% perempuan.

Fenomena ini akhirnya terjawab karena pitch saya memang nge-bass. Makanya ketika saya SMP dulu tidak begitu merasakan perubahan suara pada diri saya. Teman-teman saya pada umumnya mengalami transisi suara yang lembut, tapi memang dari sananya suara saya sudah seperti ini.

Mungkin apabila dianalisis, karena saya biasanya ‘sedikit’ menekan pita suara saya ketika berbicara, dan itu sudah berlangsung lama, sehingga menjadi kebiasaan. Ketika saya mencoba berbicara lembut ternyata pitch masih tetap nge-bass, alias masih belum normal seperti suara perempuan pada umumnya.

Jikalau suara saya bagus, mungkin saya terpilih menjadi team paduan suara dan bahkan mungkin bisa mengalahkan suaranya Gita Gutawa yang sangat Sopran. Hehehe

Sumber :


2 komentar: